Monday 25 October 2010

Dilema Tanpa Kata

Jakarta macet, Jakarta banjir dan jika sudah begitu maka saya tidak akan mendapatkan busway untuk pulang ke homestay saya...hiks...hiks...
Dan pada saat seperti ini hati saya semakin galau, kacau, nelangsa.
Pasti saya ingat pacar saya nan sibuk di sana kemudian terbersit satu pikiran ala setan neraka;
"Gwe punya pacar tapi kayak nggak punya pacar. Terlantar..."
Seandainya pacar saya selalu ada di saat-saat seperti ini. Saat-saat dimana kehadirannya sangatlah saya butuhkan.
Tapi tahukah dia? Sepertinya tidak... Dia begitu sibuk di sana bahkan untuk sekedar sms atau telpon menanyakan kabarku pun dia tak sempat. Dan sekali lagi aku harus meyakinkan diriku bahwa semuanya baik-baik saja. Ini resiko...!!
Bukankah saya sudah berjanji untuk menjadi wanita yang tegar di hadapannya?
Saya tidak mau menambah beban pikirannya.
Tapi...saya tidak bisa munafik mengakui bahwa saya juga seorang wanita yang ingin dimengerti juga terutama oleh pasangan saya. Saya seorang wanita yang kadang lemah dan membutuhkan sandaran, pegangan agar tidak terjatuh.
Tapi sudahlah, lagipula saya tidak pernah punya cukup keberanian untuk mengungkapkan semua keluhan saya terhadap hubungan kami yang umurnya masih seumur jagung. Mungkin inilah yang disebut masa krisis dalam berhubungan dan ini menjadi ujian bagi kami. Sanggupkah kami melewati semua ketidaknyamanan ini?
Saya hanya mampu berdoa dan berusaha....biarkan waktu yang menjawabnya...

And the wind keeps roaring
And the sky keeps turning gray
And the sun is set
The sun will rise another day...

We all walk the long road. Cannot stay...
There's no need to say goodbye...
All the friends and family
All the memories going round, round, round, round
I have wished for so long
How I wish for you today
How I've wished for so long
How I wish for you today

No comments:

Post a Comment