Sunday 24 October 2010

Eat Pray Love

Tadi sore saya menonton film "eat pray love" yang dibintangi oleh Julia Roberts.
Awalnya saya kurang appreciate sama film ini tapi karena ada temen yang ngajak nonton rame-rame dan setelah di lihat di deretan jadwal hanya film ini yang kayaknya banyak direkomendasikan maka jadilah kami memesan tiketnya.

Seperti apakah kisah dari film yang ceritanya diangkat dari kisah nyata Elizabeth Gilbert ( diperankan Julia Roberts ), seorang penulis perempuan yang resah mencari makna kehidupan. Berikut kisahnya yang saya ambil dari kompas entertainment :



Memasuki usia 30 tahun, Gilbert telah mendapatkan semua yang diinginkan oleh seorang wanita Amerika modern, yaitu seorang pendamping hidup, rumah mewah, dan karier yang cemerlang. Namun, semua itu tak membuatnya bahagia. Gilbert yang ambisius justru menjadi panik, sedih, dan bimbang menghadapi kehidupannya. Gilbert merasakan pedihnya perceraian, depresi, kegagalan cinta, dan kehilangan pegangan dalam hidupnya. Untuk memulihkan dirinya, Gilbert pun mengambil langkah yang cukup ekstrem. Dia meninggalkan pekerjaan dan orang-orang yang dikasihinya untuk melakukan petualangan seorang diri berkeliling dunia. Bagi seorang perempuan yang berpenampilan menarik, perjalanan solo ini jelas petualangan seru. Makan, doa, dan cinta adalah catatan kejadian di bulan-bulan pencarian jati dirinya itu. Dalam petualangannya itu, Gilbert menetapkan tujuan ke tiga tempat berbeda. Di setiap negara, ia meneliti aspek kehidupan dengan latar budayanya masing-masing. Italia menjadi tempat tujuan pertamanya. Di negeri nan elok ini, Gilbert mempelajari seni menikmati hidup dan bahasa Italia. Tak lupa, ia juga mengumbar nafsu makannya dengan menyantap aneka masakan Italia yang enak-enak. Wajar saja jika kemudian bobot tubuhnya pun bertambah 12 kilogram. Dari Italia, Gilbert bertolak menuju India. Di negeri ini dia mempelajari seni devosi atau penyerahan diri di sebuah Ashram atau padepokan Hindu. Ia menghabiskan waktu empat bulan untuk mengeksplorasi sisi spiritualnya. Akhirnya, Bali menjadi tujuan terakhirnya. Di Pulau Dewata inilah wanita matang ini menemukan tujuan hidupnya, yakni kehidupan yang seimbang antara kegembiraan duniawi dan ketenangan batin. Ia menjadi murid seorang dukun tua bernama Ketut Liyer yang juga seorang pelukis dan peramal lewat bacaan garis tangan. Gilbert juga bersahabat dengan Wayan, penjual jamu tradisional Bali. Dan yang terpenting, di Bali, Gilbert yang sudah apatis dan merasa tak akan pernah lagi bisa berhubungan romantis dengan lelaki mana pun, akhirnya malah menemukan kembali cinta sejati pada diri Felipe, pria separuh baya asal Brasil yang jauh lebih tua darinya.


Menurut saya ini adalah film yang sangat menarik. Dari film ini saya banyak belajar mengenai kehidupan. Bagaimana menjalin komitmen dengan pasangan hidup kita, mencintai dan dicintai, menemukan kebahagiaan dalam hidup. Semua itu adalah hal-hal yang pasti akan kita jumpai dalam hidup kita. Dan kebahagiaan itu pastilah tujuan hidup kita semua manusia di dunia.
Dari film ini saya tahu bahwa mempertahankan sebuah hubungan agar tetap harmonis adalah hal yang sangat sulit. Apalagi bila ketidakcocokan mulai timbul dan hubungan yang tidak sehat mulai muncul. Komunikasi merupakan kunci pokok dalam terbinanya hubungan harmonis sebuah pasangan.
Lalu apa yang harus kita lakukan ketika kita dihadapkan pada kenyataan pahit itu?
Lebih baik hubungan itu diakhiri daripada terus menerus hidup dalam kepura-puraan.
Istilah "bahagia bila melihat orang lain bahagia sementara diri kita sendiri menderita" tidaklah berlaku lagi. Karena hal itu sama saja dengan membohongi diri sendiri.
Lakukanlah apa yang membuatmu bahagia...
Karena tujuan kita hidup di dunia ini adalah KEBAHAGIAAN....
Semoga kita semua SELALU bahagia....

No comments:

Post a Comment